FORUM GURU
Rudi Riadi, S.Pd.
KEKERASAN DAN KENAKALAN ANAK: JANGAN HANYA SALAHKAN GURU!
Adakah peribahasa Orang tua kencing berdiri anak kencing berlari? Jawabanya adalah: tidak ada. Peribahasa yang ada adalah "Guru kencing berdiri murid kencing berlari". Artinya, guru berperan besar dalam pembentukan karakter siswa. Guru adalah orang yang telah memanggul tanggung jawab sebagai salah satu pembentuk karakter manusia. Dan sumbangan karakter guru termasuk yang paling kontributif. Karena pengaruh seorang guru terhadap anak didiknya hampir sebesar pengaruh orang tua terhadap anaknya. Bahkan, kadang kita sering menemui seorang anak, ketika diperintah oleh orangtuanya tidak mau mengerjakan, tetapi kalau diperintah guru dia mau mengerjakan. Walaupun hanya kasuistik, tapi itu mencerminkan bahwa pengaruh guru terhadap siswa sangatlah besar, termasuk dalam proses pembentukan karakternya.
Padahal bila dilihat, waktu tatap muka guru-siswa pada pendidiikan formal hanya sekitar enam sampai tujuh jam saja. Pertemuan selama 6-7 jam itupun bukan pertemuan yang bersifat pembentukan karakter siswa, tetapi cenderung pada pentransferan ilmu. Karena guru punya tuntutan lain, yaitu pencapaian target kurikulum yang dicanangkan sekolah.
Melihat kenyataan yang ada, lalu mengapa kekerasan dan kenakalan anak/siswa selalu dikaitkan dengan akibat kegagalan guru dalam mendidik mereka?
Akhir-akhir ini kenakalan dan kekerasan siswa di sekolah makin menjamur, bahkan secara terang-terangan dan banggga mereka merekamnya lewat video Handphone. Gank-gank atau lekompok-kelompok yang ada di lingkungan sekolah bukannya kelompok belajar atau kelompok kerja, tetapi kelompok yang penuh aksi brutal dan hura-hura. Seakan sekolah adalah ajang pelampiasan mereka yang di rumahnya penuh kekangan atau brokenhome. Bahkan ada anak yang sebenarnya berperilaku baik tetapi dia lebih bangga
disebut "anak nakal" di sekolahnya agar punya pengaruh besar pada teman-temannya.
Komnas perlindungan anakpun secara implisit pernah menyampaikan bahwa sekolah sudah tidak aman bagi anak-anak. Mengingat kekerasan sudah mencapai angka lebih dari 300 kasus.
Gurukah yang menjadi biang dari semua ini?
Ada beberapoa factor pembentukan karakter anak sehingga mereka cenderung nakal dan bertindak brutal: pertama, faktor Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi mempengaruhi pola kenakalan anak di sekolah, terutama di kota-kota besar.
Belakangan, kenakalan anak terkait dengan penyalahgunaan teknologi informasi dan komunikasi, seperti telepon seluler serta internet. Kemajuan teknologi tersebut mempengaruhi pula gaya hidup dan perilaku siswa.
Faktor kedua, adalah usia sekolah lanjutan cenderung mempunyai keingin-tahuan lebih kuat, terutama dalam hal seksualitas. Guru kerap menemui, misalnya, penggunaan telepon seluler untuk mengambil gambar-gambar yang tidak layak atau saling bertukar gambar porno. Apalagi, telepon seluler dengan berbagai fitur, seperti kamera dan video, semakin murah dan mudah didapatkan. Faktor ketiga, tekanan teman memberi ajakan negatif yang cenderung lebih mudah daripada ajakan positif (belajar bersama misalnya). Beberapa anak lanjutan seringkali terlihat santai merokok bersama di jalanan pergi atau pulang sekolah. Ada juga beberapa anak yang pergi bersama menuju rental-rental Games dan online.
Untuk sementara, marilah kita lupakan peruibahasa “guru kencing berdiri murid kencing berlari”. Karena peribahasa itu seakan men-just guru sebagai kendali pembentukan karakter siswa. Mengingat setelah pulang sekolah, waktu yang dilalui seorang anak mempunyai pengaruh yang jauh lebih kuat dibandingkan lingkungan sekolah terhadap karakternya. Sedangkan kita semua mafhum, bahwasanya saat ini lingkungan luar sekolah memiliki donor yang relatif kurang baik untuk pembentukan karakter anak.
Kenakalan dan kekerasan di sekolah merupakan tanggung jawab bersama guru, orang tua, bahkan pemerintah beserta aparatnya pun ikut membantu pembentukan karakter anak agar menuju yang lebih baik.
jika hal ini tidak ada langkah preventif, maka pendidikan kita hanya akan menghasilkan siswa yang pintar tetapi tidak berkarakter sebagai seorang yang terdidik. *****
Penulis, Guru SMP Waringin dan Gamaliel Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar